MUTASI VIRUS CORONA
Virus SARS-CoV-19 atau yang dikenal dengan COVID-19 telah menjadi pandemi selama lebihi dari 1 tahun, berjuta-juta kali berpindah inang dan mengalami mutasi menjadi varian baru. Bagaimana mutasi virus ini mempengaruhi kondisi kita saat ini?
Mutasi COVID-19 di Indonesia
Apa itu mutasi? – Virus mempunyai daya mutasi yaitu daya untuk mengubah sifat antigennya. Mutasi ini dapat membuat virus menjadi lebih mudah menular ataupun mengubah sifat-sifat lainnya.
Mutasi yang terjadi pada virus COVID-19 dapat meningkatkan kemampuan penularan virus sehingga dapat mempercepat dan mempermudah penularannya.
Kondisi Indonesia dan Global
Hingga 26 April 2021, setidaknya 1.647.138 orang Indonesia terinfeksi virus COVID-19 dengan penambahan kasus harian tercatat hingga 5.944 kasus. Peningkatan kasus yang sedang berlangsung di Indonesia banyak terjadi pada klaster perkantoran. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, pada tanggal 12-18 April 2021 terdapat 42 kasus positif yang ditemukan di 177 perkantoran.
India merupakan salah satu negara di Asia yang mengalami krisis COVID-19 tertinggi yang diduga terjadi atas munculnya mutasi varian virus baru yang menginfeksi sebagian besar kasus positif saat ini. Selain itu, salah satu ritual keagamaan yang tetap dilaksanakan juga menjadi salah satu sumber penyebaran karena melibatkan jutaan orang selama periode waktu tertentu.
Hati-hati dengan Re-infeksi Pasca Vaksinasi
Data menunjukkan bahwa sekitar 0.7-0.8% orang yang sudah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis lengkap masih dapat terinfeksi COVID-19 (CDC).
Risiko terinfeksi pasca vaksinasi COVID-19 sangat mungkin terjadi karena:
- Terinfeksi COVID-19 beberapa hari sebelum vaksin (masa inkubasi).
- Proteksi vaksin tidak 100%, bervariasi untuk setiap vaksin.
- Vaksin tidak bias membentuk kekebalan terhadap semua strain.
- Mutasi virus. Vaksin belum terbukti dapat memproteksi terhadap varian baru.
- Imunitas yang terbentuk pasca vaksin setiap orang berbeda-beda.
Vaksin dan Mutasi COVID-19
Vaksin yang telah disetujui oleh WHO diharapkan tetap dapat memberikan sebagian proteksi dari virus COVID-19. Dengan kemungkinan akan terjadinya penurunan efektivitas vaksin karena mutasi virus, modifikasi komponen vaksin mungkin akan dilakukan. Hingga akhir April 2021, WHO dan para peneliti dunia masih melakukan penelitian lebih lanjut mengenai seberapa jauh mutasi virus ini mempengaruhi efektivitas vaksin. Sebuah penelitian di Inggris menunjukkan vaksin tetap efektif pada varian virus B.1.1.7 tanpa mutasi E484K, namun penelitian yang dilakukan oleh Novavax dan J & J menunjukkan penurunan efektivitas vaksin di Afrika Selatan dibandingkan di Inggris atau Amerika, yang diduga karena tingginya jenis infeksi virus yang membawa mutasi E484K.
Apa yang Dapat Dilakukan?
Dengan munculnya mutasi virus, kita harus semakin patuh dan disiplin dalam menerapkan protocol kesehatan. Salah satunya adalah dengan menggunakan double mask.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Centers of Disease Control and Prevention (CDC), masker medis dapat menahan 42% partikel dan masker kain 3 lapis dapat menahan 44% partikel. Namun kombinasi keduanya dapat memberikan proteksi hingga 92% (menyerupai efektivitas penggunaan masker N95). Selain menggunakan masker rangkap, selalu perhatikan celah yang ada di pinggiran masker. Celah dapat dikurangi dengan memutar tali pengait dan juga menekuk kawat besi pada bagian hidung (nose wire) serapat mungkin.
(Dari berbagai sumber.)